Jakarta – Bali – Narita
Pesawat yang kami tumpangi dari Jakarta ke Denpasar adalah Garuda Indonesia GA 412 pukul 19.55 WIB. Peserta tour diminta sudah berada di terminal 2 pada pukul 15.00 WIB. Setelah tiba, koper kami diambil alih oleh Golden Rama untuk dimasukkan ke bagasi. Kami diberikan boarding pass, passport, name tag kabin serta customs declaration yang telah diisi, kecuali jumlah uang (Yen & USD) yang dibawa dan tanda tangan. Tour Leader yang menemani kami selama di Jepang bernama Kevin Portisch.
Nunggu boarding, narsis ama bokap nyokap |
Kami tiba di Bandara Ngurah Rai, Denpasar pada pukul 23.30 WITA dan harus berpindah terminal dari domestik ke internasional. Bandara Ngurah Rai ini berasa banget perbedaannya dibanding bandara lain di Indonesia. Aroma liburan tercium. Design khas indonesia, toko oleh-oleh/souvenir, penumpang yang berbagai bahasa (English, China, Jepang, dll) dan yang paling terlihat adalah antrian toilet ala luar negeri. Antrian toilet ala luar negeri yang gimana tuh? Aku tidak tau istilah umumnya, tapi maksudku yang antrian 1 orang untuk semua bilik toilet. Jadi antriannya 1 line/baris, ketika salah satu bilik sudah digunakan, orang yang berada paling depan di antrian masuk ke bilik tersebut. Kalau antrian ala Indonesia, 1 orang antri di depan 1 bilik toilet pilihannya. IMO (In My Opinion) antrian ala luar negeri lebih cepat dan adil. Kadang ngeselin jika sudah antri ala luar negeri, eh ada ibu-ibu malah antri ala Indonesia alias nyerobot (-.-)”
Kami diarahkan untuk naik pesawat pada pukul 00.00 WITA dengan pesawat yang sama ketika dari Jakarta ke Denpasar. Perjalanan dari Denpasar ke Jepang memakan waktu sekitar 8,5 jam dan tiba di Bandara Narita, Jepang pada pukul 09.30 waktu setempat (GMT +9). Waktu di Jepang satu jam lebih cepat daripada waktu di Denpasar *dengan nada pramugari*, dengan kata lain dua jam lebih cepat daripada di Jakarta (WIB).
Saat daratan Jepang mulai terlihat di jendela pesawat, mataku berkaca-kaca.. Terharu bahagia, ga nyangka bisa ke Jepang juga… aaaaaaa… *lebay dot com* Selama ini cuma bisa mupeng dan gigit jari lihat foto orang liburan di Jepang.. Impian dari kecilku terwujud juga (T^T)
Terharu bahagia, daratan Jepang mulai terlihat T^T |
Setelah melewati imigrasi dan pengambilan koper, kami disambut oleh tour guide lokal bernama Mr. David. Actually, dia masih kewarganegaraan Singapore dan dulu dia di Singapore membawa tour tamu/wisatawan dari Jepang. Karena tour guide yang mengerti bahasa Inggris sedikit, dia ‘ditarik’ ke Jepang untuk membawa tour. He is so funny, discipline, well informed and attentive. We called him Mr. Nice Guy because he always smile, making joke, sometimes dance randomly xD
Kami memulai perjalanan ke lokasi yang pertama, yaitu Lake Ashi. Seharusnya setelah dari Lake Ashi perjalanan dilanjutkan ke Gotemba Heiwa Park. Karena waktu yang terbatas: perjalanan dari Lake Ashi menuju Hotel memakan waktu 3 jam, Gotemba Heiwa Park dipindah ke hari ke-6. Oh ya cerita dikit, sebenarnya Gotemba Heiwa Park ini tujuan pengganti. Di Itenerary paling awal, kami seharusnya mengunjungi Owakudani Sulfurous Pond dan di-cancel karena kondisi tidak memungkinkan. Di sana sedang terjadi erupsi dan sudah berstatus siaga 3. Informasi mengenai kondisi Owakudani Sulfurous Pond dapat dilihat di website http://www.pref.kanagawa.jp/mlt/f532580/. Sebelum penggantian tersebut disampaikan oleh Golden Rama, aku sudah curiga karena dari bulan Mei Owakudani Sulfurous Pond sudah tidak bisa diakses oleh wisatawan akibat erupsi. Ternyata sampai bulan Juli masih belum membaik. Ah kecewa ga ke sana, mau coba kuro tamago (telur hitam) tapi yah sudahlah rapopo~
Lake Ashi
Lake Ashi (芦ノ湖 Ashi-no-ko) atau Hakone Lake merupakan danau yang terbentuk dari letusan gunung Hakone 3000 tahun yang lalu. Danau ini terletak di Prefecture Kanagawa, barat daya dari Tokyo. Dari berbagai artikel yang kubaca, lake Ashi terkenal akan pemandangan gunung Fuji, gerbang Torii yang berdiri di danau serta kapal bajak laut yang dapat dinaiki melintasi danau. Daaann… sayang sekali sodara-sodara semua itu tidak kudapatkan. Sekali lagi karena faktor alam yang tidak bersahabat yaitu cuaca lagi berawan dan angin kencang.
Seharusnya seperti ini |
Gerbang Torii yang unik tersebut tidak dilewati, karena gerbang Torii ini terletak pada rute Motohakone (no 2) ke Hakone-en (no 3) dan rutenya diganti menjadi Hakone-en (no 3) ke Kojiri (no 4). Kemudian karena angin kencang juga, kapal bajak laut tidak dapat digunakan dan diganti menjadi kapal cruise biasa. Padahal kalau naik kapal bajak laut itu, aku mau angkat kedua tangan dan teriak ala Luffy One Piece “Ore wa kaizoku-ou ni naru otoko da” xD
Rute Kapal |
Price List |
Timetable |
Ternyata di Jepang ada juga bebek-bebek yang dikayuh sendiri |
Mt. Fuji seharusnya bisa terlihat dari sini, tapi tertutup awan 🙁 |
Cruise yang kami naiki |
Pemandangan Lake Ashi |
Deck paling atas |
There is small Torii gate but I still can’t figure it out why this one isn’t famous |
Setelah puas makan angin Lake Ashi, kini saatnya makan makanan Jepang. Perut sudah laper banget. Kami makan di restaurant yang terletak di pinggir Lake Ashi. Restaurant ini terletak di lantai 2, sedangkan lantai 1 nya adalah toko souvenir. Ketika memasuki ruangan restaurant, makanan sudah tersedia di meja *mata berbinar-binar*
ITADAKIMASUUU~
Menu set nya menarik banget yah xD |
Jenis makanannya banyak banget, jadi semangat icip satu-satu. Ada mie soba, kuah miso, ikan ku, tempura + shoyu-nya, chawanmusi, mochi dan makanan lainnya yang namanya tidak aku ketahui. Gelas yang di tengah adalah wine peach yang merupakan compliment/tester dari restaurant agar kami membelinya di toko lantai 1. Rasanya lumayan enak. Oh iya, ini pertama kalinya coba nasi Jepang. Oishii! Bulir nasinya agak panjang, pulen, lengket satu sama lain sehingga mudah diambil dengan sumpit xD
Penampilan makanan juga dibuat menarik |
Tempura: ebi (udang), ubi jalar, paprika hijau, dll |
Mochi kacang merah |
Huaahh perut kenyang, hati senang~
Selesai makan, aku langsung cus ke lantai 1 untuk shopping. Toko pertama sejak ke Jepang masih belum berani beli banyak, masih sedikit shock dengan harganya.. LoL. Maklum di negeri impian sejak kecil ini banyak barang/makanan yang menarik, tapi duit tidak mendukung. Jadi kudu selektif berbelanja, jangan sampai kalap di awal, nangis di akhir xD Akhirnya aku beli yang sudah kuincar sebelum ke Jepang yaitu KitKat Strawberry Cheese Cake edisi Gunung Fuji dengan harga ¥648 serta Furikaki (biji-bijian untuk taburan di nasi) dengan harga ¥540. Nilai tukar yen saat itu adalah 1 yen = Rp 110. Perjalanan dilanjutkan ke hotel di kota Nagano, prefecture Nagano.
Furikaki, cocok bingits untuk taburan di nasi |
Tour Guide mengatakan hotel yang kami tempati merupakan hotel semi tradisional Jepang yang menyediakan yukata, futon (kasur tradisional Jepang) dan onsen (pemandian air panas). Dari lobby hotel saja aku sudah dibuat kagum, sudah berasa Jepang banget, ada naikan satu anak tangga lalu diharuskan melepas dan menaruh sepatu di loker yang disediakan serta memakai sendal hotel yang berbahan semacam bambu. Biasanya lihat di anime atau baca di komik, setelah pintu masuk rumah ada satu anak tangga ke atas yang merupakan batas pergantian sendal. Contoh pada komik doraemon, nobita melempar sepatunya di sana dan berlari sambil menangis dan berteriak “Doraemoonnn…. tolong akuuu…”. Kamar lebih berasa Jepang banget: tatami, futon, shoji (sliding door), meja pendek, kursi tanpa kaki, dan anak tangga turun di wc + sendal wc nya. Sugoi~~ *mata berbinar-binar*
Sebelum masuk ruang yang bertatami |
Sugoi desu ne?? *^_^* |
Dibalik shoji ada sofa dan teras |
Menu makan malam hari ini ada yang spesial, yaitu sashimi dan unagi (ikan sidat). Kami diceritakan oleh Mr. David bahwa di Jepang tuna sashimi lebih populer daripada salmon sashimi (terbalik dengan di Indo) karena salmon tidak sepenuhnya tinggal di lautan. Salmon akan kembali ke perairan untuk bertelur dan di perairan tersebut ada kemungkinan salmon mengkonsumsi yang tercemar, karena itulah tuna yang sepenuhnya hidup di laut lebih populer di Jepang. Kemudian orang Jepang biasanya memakan sashimi pertama kali sebelum menyantap makanan yang lain untuk membuat mulut penuh dengan rasa umami. Selain itu, Mr. David bercerita tentang unagi yang diternak di Jepang baru dipanen pada umur tertentu saat rasa dan tekstur paling oke. Unagi merupakan makanan tradisi orang Jepang pada musim summer. Paling tidak mereka makan sekali pada musim summer. Sashimi dan unagi yang disajikan ini enak bingitssss. Lembut, rasanya soft dan gurihnya pas. Kali ini nasi jepangnya dicampur dengan edamame. Saya yang katrok, tidak pernah coba edamame langsung jatuh cinta dan sampai akhir tour makan edamame setiap disajikan xD
Menu makan malam |
Tuna & Hamachi Sashimi |
Unagi |
Dessert :9 |
Berpose memakai yukata |
Yosh! Kita lanjut ke hari ketiga yaa: Kenrokuen Garden – Higashi Chaya Machi – Samurai Street House.
おやすみなさい~