Darwin is not for us..
Yes, that’s how we feel after spending months in Darwin. Well, we do love Darwin because of its relaxing and quiet city. We don’t mind spending time in there as long as the job is good *sigh*
Kami tiba di Darwin pada bulan Februari 2019 dengan penuh pikiran positif. Anthony mendapatkan pekerjaan pertamanya dalam waktu seminggu, sedangkan saya setelah satu bulan (saya ceritakan di post terpisah). Seiring waktu mendekati busy season, jam kerja saya bertambah namun Anthony malah berkurang bahkan cuma lima jam seminggu. Gajian pun pasti telat satu-dua minggu.
Kami sudah coba mencari pekerjaan lain, drop resume ke semua tempat tapi nihil. Kami sampe bingung mau kemana lagi. Lapangan kerja di sini tidak sebanyak di kota besar seperti Sydney. Beberapa orang bilang sejak proyek mining di dekat Darwin selesai, Darwin makin lama makin ditinggalkan orang dan banyak tempat usaha tutup. IMO ini lebih sulit lagi bagi anak first year yang pertama kali menginjakkan kaki di Australia karena belum punya banyak pengalaman kerja di Australia. Kalah saing ama anak second year yang sedang mengejar third year.
Kami masih bersyukur dapat kerjaan occasional atau berdasarkan event alias dapat shift 0-3 kali sebulan seperti Supercar, Mindil Beach Casino dan Darwin Turf Club. Lumayan nutupin biaya rent dan nambah-nambahin payslip. Syarat dan cara apply second year saya tulis di post terpisah.
Mungkin beberapa orang berpikir ‘ah cemen ga bisa bertahan di Darwin’. Yah terserah apa kata mereka. There are plenty jobs out there and maybe they are meant to be ours 😉
Anyway, thank you Darwin for those amazing and relaxing months!
For our friends in Darwin, thank you for the support!
For Marilia, our funny housemate good luck in Sydney! We can’t wait to meet you again!